Tanggungjawapku Bertambah Lagi

>> Tuesday 23 February 2010




Assalamu'alaikum Warahmatullah...

Alhamdulillah, bersyukur kita ke hadrat Allah S.W.T kerena memberi keizinan kita untuk bersua lagi di ruang sebegini yang sama sekali jauh dari pandangan mata. Pujian bagi Allah tidak putus kita lafazkan kerana walaupun kebatasan jarak yang memisahkan, kita masih lagi dikurniakan hati-hati dan jiwa yang saling merindui antara satu sama lain di atas ikatan ukhuwah Islamiyyah.

Kami di komuniti serasi tidak putus-putus mendoakan kesejahteraan dan keselamatan warga serasi, walau di mana saja anda berada semoga senantiasa kekal di dalam petunjuk dan perlindungan ALLAH.



Sekitar pemakluman khabar-khabar gembira dari warga serasi yang baru menerima cahaya mata dan anugerah Ilahi, syukur dan tahniah kami ucapkan. Sungguh itu adalah kurniaan dari yang Esa yang menciptakan asal jadi manusia dengan penuh keajaiban.

Di kesempatan ini, suka kami ingin berkongsi rasa dan nasihat bagi bersama-sama mengingatkan diri kami dan anda semua di sebalik Nikmat anugerah yang ALLAH kurniakan kepada kita.


“Ketahuilah bahwa kalian semua adalah pemimpin, dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian. Pemimpin di antara manusia dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dalam rumah tangga serta anak-anak suaminya dan dia akan ditanya tentang mereka. Budak/ pembantu adalah pemimpin dari harta tuannya dan dia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah bahwa kamu sekalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang tentang kepemimpinannya”
(HSR Bukhari)

Tanggung jawab yang disinggung pada hadits di atas bersifat umum dan menyeluruh. Tanggung jawab seorang suami tidaklah hanya sebatas memenuhi keperluan material saja , demikian halnya dengan seorang isteri. Ia tidaklah hanya bertanggung jawab terhadap kebersihan rumah, atau menyiapkan makanan semata. Akan tetapi keduanya dari kedudukan yang berbeza mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan keimanan keluarga termasuk di dalamnya tanggung jawab dakwah.

Ada satu cerita yang kami ingin kongsikan bersama bagi memerihalkan tanggungjawap seorang yang bernama LELAKI yang bergelar sebagai pemimpin keluarga.


Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbongkok-bongkok, disertai suara batuk-batuknya. Anak perempuan itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian membongkok ?" Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang berehat di beranda.

Si ayah menjawab : "Sebab aku lelaki."

Anak perempuan itu berkata sendirian : "Aku tidak mengerti"...

Dengan kerut-kening kerana jawapan ayahnya membuatnya termenung rasa kebingungan.

Ayah hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anaknya itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian si ayah mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki." Demikian bisik Si ayah, yang membuat anaknya itu bertambah kebingungan.

Kerana perasaan ingin tahu, kemudian si anak itu mendapatkan ibunya lalu bertanya kepada ibunya : "Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian membongkok? Dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?"

bunya menjawab : "Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar bertanggungjawab terhadap keluarga itu memang akan demikian."








Hanya itu jawapan si ibu. Si anak itupun kemudian membesar dan menjadi dewasa, tetapi dia tetap juga masih tercari-cari jawapan, mengapa wajah ayahnya yang tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi membongkok?

Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam impian itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimah sebagai jawapan rasa kebingungannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap hujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindung."

"Ku ciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."

"Ku berikan kemahuan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya".

"Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan dan kesejukan kerana tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya dicurahkan demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih-payahnya."

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya".

"Ku berikan perasaan cekal dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."

"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesedaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dikotak-katikkan oleh anak-anaknya."

"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyedarkan, bahawa isteri yang baik adalah isteri yang setia terhadap suaminya, isteri yang baik adalah isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka mahupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap esetiaan yang diberikan kepada isteri,agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahawa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia dan badannya yang terbongkok agar dapat membuktikan, bahawa sebagai lelaki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya."

"Ku berikan kepada lelaki tanggungjawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga ( seri / penyokong ), agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh lelaki, walaupun sebenarnya tanggungjawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."

Terkejut si anak dari tidurnya dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak itu menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.

"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah."

Note:

Bila ayah anda masih hidup jangan sia-siakan kesempatan untuk membuat hatinya gembira. Bila ayah anda telah tiada,jangan putuskan tali silaturahim yang telah dirintisnya dan doakanlah agar Allah selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya. Amin

Semoga perkongsian kali ini memberi manfaat untuk kita bersama

Wallahu'alam

Sumber:

Forum Masjid

Keluarga Muslim

Read more...

If Rasullullah S.A.W were among us

>> Monday 22 February 2010

Read more...

Rijalud Da'wah

>> Wednesday 17 February 2010

12/01/2009 10:00

Sesungguhnya da'wah menjadi tinggi dan mulia dengan ketinggian dan kemuliaan pendukungnya. Harakah Ikhwan mengakui, hal positif dan negatif dari manhaj teoritisnya yang dapat diambil pada buku-buku yang sudah disebarluaskan, bagaimana tingkat ketsiqahan anggotanya terhadap manhaj. Diantaranya adalah menganalisa suatu masalah, sebagaimana terlihat dalam sikap dan tindakan mereka.




Namun tindakan pribadi (fardi) juga berbagai pemyataan spontan atas berbagai masalah, hal tersebut sama sekali tidak mencerminkan harakah secara umum. Sebab memang demikianlah tabi'at suatu pertumbuhan, yang juga erat dengan situasi kondusif yang mendukung prilaku tersebut. Di sini, akan kami paparkan contoh-contoh pribadi yang hendak dihasilkan Ikhwan melalui proses tarbiyah dan arahan mereka. Semua ini tentu saja terwujud setelah taufiq dari Allah swt.




Seorang Mujahid yang Menjadikan Da'wah sebagai Obsesinya




Imam Hasan al-Banna mengatakan: "Saya dapat menggambarkan sosok mujahid adalah seorang yang dalam kondisi mempersiapkan dan membekali diri, berpikir tentang keberadaannya pada segenap dinding hatinya. la selalu dalam keadaan berpikir. Waspada di atas kaki yang selalu dalam kondisi siap. Bila diseru ia menyambut seruan itu.




Waktu pagi dan petangnya, bicaranya, keseriusannya, dan permainannya, tidak melanggar arena yang ia persiapkan diri untuknya. Tidak melakukan kecuali misinya yang memang telah meletakkan hidup dan kehendaknya di atas misinya. Berjihad di jalannya.




Anda dapat membaca hal tersebut pada raut wajahnya. Anda dapat melihatnya pada bola matanya. Anda dapat mendengarnya dari ucapan lidahnya yang menunjukkanmu terhadap sesuatu yang bergolak dalam hatinya, suasana tekad, semangat besar serta tujuan jangka panjang yang telah memuncak dalam jiwanya. Jiwa yang jauh dari unsur menarik keuntungan ringan di balik perjuangan.




Adapun seorang mujahid yang tidur sepenuh kelopak matanya, makan seluas mulutnya, tertawa selebar bibirnya, dan menggunakan waktunya untuk bermain dan kesia-siaan, mustahil ia termasuk orang-orang yang menang, dan mustahil tercatat dalam jumlah para mujahidin."

Read more...

Hati Menurut Ibnu Qayim

>> Thursday 11 February 2010



Mari kita teliti dan hayati;

Perihal hati menurut Ibnu Qayyim,

Di dalam hati manusia terdapat kekuatan – tidak terurai kecuali menerima kehendak Allah.

Di dalam hati terdapat keganasan – tidak hilang kecuali berjinak dengan Allah.

Di dalam hati terdapat kesedihan – terlerai dengan menyukai Allah dan berhubung baik dengan-Nya.

Di dalam hati terdapat kegelisahan – tenang dan damai jika berjumpa dengan-Nya dan berlari mendapatkan-Nya.

Di dalam hati terdapat api penyesalan – terpadam dengan redha pada suruhan, larangan, qada’ dan sentiasa sabar sehingga menemui-Nya.

Di dalam hati terdapat hajat – tidak terbendung kecuali dengan kecintaan kepada Allah SWT, memohon kepada-Nya, ikhlas dan sentiasa dalam berzikir.

Read more...

Kehidupan ini ada hentinya

>> Wednesday 10 February 2010


Adakala kita merasakan kehidupan ini akan berterusan tanpa hujungnya lalu jiwa kita terasa selesa dengan kesenangan dunia. Adakala impian kita untuk kehidupan sementara ini mendaki kemuncak tertinggi di dalam jiwa lalu merasai dunia itu milik kita selamanya. Ketika itu kita lupa bahawa kehidupan kita ini ada titik hentinya lalu kita melupakan tempat kembali kita yang hakiki.


Ketika itulah, ketika jiwa terputus hubungan dengan yang menjadikannya serta mengurniakannya kehidupan lalu jiwa kita menjadi kering dan hilang kepekaan. Lalu kita menyangkakan keseronokan itu kebahagiaan dan nafsu itu jalan menujunya. Kita teraba-raba mencari ketenangan lalu kita temui keserabutan, kita mencari kelapangan lalu kita menemui kesempitan jiwa . Kita sudah lupa hakikat diri dan kesementaraan hidup ini hingga kita hanya melihat kesalahan pada manusia lain, kita menyalahkan takdir untuk segala petaka yang hadir.

Melupakan mati adalah kematian jiwa manakala mengingatinya adalah kehidupan yang sebenar. Mengingati kematian tidak menjadikan kita cetek pemikiran atau pendek aqal bahkan kita dapat menghayati keluasan kehidupan.

Kematian adalah peringatan untuk setiap kelalaian dan guru bagi setiap kejahilan. Mengingati kematian menjadikan jiwa kita hidup dan penuh harapan serta mewarnai hidup dengan perjuangan. Mengingati kematian adalah penghubung jiwa kepada sumber segala kehidupan; Allah Robbul Jalil, Rabb sekelian alam.

Mengingati mati adalah sumber kekayaan jiwa hingga kita tidak lagi lemah menghadapi kehidupan beserta halangannya.

“Sesiapa yang ingin terus ‘hidup’ harus memiliki sebanyak mungkin kekayaan jiwa. Inilah kunci-kunci untuk membongkar segala kelemahan. Semua ini akan menjadikan jiwa kita tenang dalam kesibukan, tersenyum dalam kesedihan, jiwa tinggi di bawah tekanan, bergerak dalam kepayahan, optimis mendepani halangan dan gembira dalam segala kesulitan.”

Jiwa yang hidup adalah jiwa yang sedar siapa dirinya di depan Allah SWT lalu dia menjadikan seluruh hidupnya sebagai ketundukan dan kepatuhan. Dia sentiasa memperbaharui keimanan, keikhlasan, keberanian, kesabaran dan keteguhan jiwa. Lalu jiwanya mampu istiqamah ketika mengharungi hari-hari dimana jiwanya kadang-kadang terasa sunyi dan bersendiri.

Pada ketika itulah jiwanya akan dapati kemudahan dalam setiap kesukaran, kelapangan dalam setiap kesempitan, apabila ia berkata-kata maka kata-kata itu sampai pada hati-hati manusia, apabila ia beramal maka amalannya menjadi contoh pada jiwa manusia dan apabila ia muncul dikhalayak ramai maka mata-mata tertumpu padanya lalu ketenangan hatinya mengalir masuk kejiwa-jiwa yang keresahan dan dahagakan keimanan.




Oleh: Cikgu Azmi Bahari (http://my.opera.com/azmibhr/blog/)

Read more...

Save Gaza - BomBing Victims- Boicot Israel's Product


About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP